Ada Apa dengan Jantung Berdebar?

Post oleh : kang ombar | Rilis : 1:01 PM | Series :
Cara Hidup Sehat | Ada Apa dengan Jantung Berdebar? - Jantung berdebar, atau istilah medisnya palpitasi, merupakan persepsi aktivitas jantung yang cukup sering terjadi dan beberapa penderita merasa tidak nyaman dan menganggapnya sebagai suatu masalah serius.

Bisa dikatakan setiap orang pernah merasakan jantung berdebar, misalnya setelah berolahraga atau ketika sedang cemas. Hal tersebut merupakan bagian dari respon tubuh normal terhadap peningkatan hormon yang meningkatkan frekuensi dan kekuatan detak jantung. 

Jantung berdebar dapat terjadi akibat adanya kelainan jantung. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa jantung berdebar dapat juga terjadi pada orang sehat tanpa adanya penyakit jantung. Selama denyut jantung berjalan normal, umumnya kita tidak merasakan denyut jantung dalam rutinitas hidup sehari-hari. Ketika jantung berdenyut terlalu cepat atau tidak teratur, biasanya terdapat perasaan yang tidak nyaman, walaupun persepsi klinis terhadap debaran jantung bervariasi pada setiap orang. 

Kesadaran akan palpitasi cenderung bertambah pada individu yang kurang bergerak, yang diliputi rasa khawatir, atau yang sedang depresi. Sedangkan kesadaran umumnya berkurang pada penderita yang aktif atau sedang berada dalam suasana hati yang baik. Jantung berdebar dapat dirasakan cepat, kuat, atau tidak beraturan dan umumnya terjadi akibat dari irama jantung yang tidak normal. Pada beberapa kasus, jantung berdebar dapat dirasakan tanpa adanya aktivitas jantung yang tidak normal. 
Cara Hidup Sehat | Ada Apa dengan Jantung Berdebar

Sebagian penderita dapat meniru dan memberikan gambaran mengenai irama jantungnya. Debaran jantung biasanya lebih jelas terasa sewaktu malam hari ketika hendak tertidur dimana input dari luar berupa suara dan cahaya lebih sedikit dan sensasi dari dalam tubuh lebih menonjol. Orang yang kurus dapat merasakannya ketika berbaring ke sisi sebelah kiri.

Jantung berdebar dapat terjadi dengan irama teratur seperti saat sedang cemas, dengan irama tidak teratur yang terjadi sesaat seperti pada extrasystole, atau dengan irama tidak teratur seperti pada aritmia. Pada kebanyakan kasus, palpitasi disebabkan oleh aritmia, di mana irama jantung tidak reguler atau teratur. Namun, tidak semua penderita aritmia akan mengalami palpitasi. Penderita fibrilasi atrium, aritmia paling umum, kebanyakan tidak mengeluhkan gejala termasuk jantung berdebar. 

Jenis aritmia yang paling sering terjadi adalah premature atrial contraction (PAC) dan premature ventricular contraction (PVC). Sesuai namanya, kedua aritmia tersebut terjadi akibat adanya kontraksi jantung yang berdiri sendiri dan tidak mengikuti irama jantung yang seharusnya. Aritmia jenis ini disebut juga dengan extrasystole atau ectopic beat. Aritmia ini biasanya tidak berbahaya walau dapat diperberat oleh aktivitas fisik seperti berolahraga. Penderita dapat mendeskripsikannya sebagai “detak jantung yang terlewatkan”, dan kadang diikuti oleh detak jantung yang keras akibat pengisian berlebihan pada bilik (ventrikel) kiri. 

Sementara itu, supraventricular tachycardia menghasilkan detak jantung cepat dan teratur yang terjadi secara tiba-tiba, seperti suatu “lompatan”. Tindakan seperti menghembuskan napas saat glottis tertutup agaknya dapat meringankan debaran jantung tersebut. Seringkali keadaan ini mengenai orang yang berusia muda tanpa disertai kelainan jantung lain. Gejala penyerta yang umum terjadi antara lain polyuria (kencing berlebihan), rasa pusing dan dada terasa seperti ditimpa sesuatu. 

Ventricular tachycardia dapat menyebabkan gejala serupa tapi sering dihubungkan dengan ketidaksadaran atau pingsan, dan cenderung mengenai orang dengan kelainan otot jantung (cardiomyopathy) atau serangan jantung akibat infark miokard sebelumnya. Olahraga dapat menjadi pemicunya, dan sering terjadi secara spontan. 

Beberapa kasus jantung berdebar dapat dipicu atau diperparah oleh konsumsi kafein atau nikotin. Obat-obatan seperti decongestant (obat untuk mengatasi hidung tersumbat) atau antihistamin (obat untuk mencegah mabuk perjalanan, alergi, dan lain-lain) juga tak jarang menjadi sumber penyebabnya. Obat digoxin, theophylline, albuterol, dan lain-lain juga dapat memicu terjadinya palpitasi, tidak terkecuali obat-obatan tradisional. 

Kebanyakan obat antiaritmia sendiri dapat menyebabkan aritmia, terutama pada orang yang berusia lanjut akibat fungsi ginjal yang menurun dan konsumsi obat lain secara bersamaan. Ketika terapi diperlukan, obat harus dimulai dari yang dosis lebih kecil. Pengguna zat terlarang atau narkoba seperti amfetamin, ecstasy dan kokain dapat merasakan hal serupa. 

Kelainan lain di luar jantung yang juga dapat meningkatkan kontraksi jantung antara lain kelainan pada kelenjar tiroid atau adrenal dan gangguan kecemasan. Gangguan metabolik seperti anemia, hipovolemia (berkurangnya volume darah dalam tubuh), dan gangguan elektrolit (misalnya kadar kalium yang rendah dalam darah akibat penggunaan diuretik) dapat memicu atau memperparah palpitasi. 

Kunci untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan dengan elektrokardiogram (EKG) dan melakukan pemantauan selama terjadi palpitasi. EKG dipakai untuk merekam aktivitas listrik dari otot jantung. Pemeriksaan laboratorium biasanya diperlukan untuk hitung darah lengkap dan kadar elektrolit. Kadar hemoglobin, kalium dan magnesium sering diperiksa. Marker jantung berupa troponin juga diperlukan pada pasien yang dicurigai mengalami penyakit jantung iskemik. 

Tes fungsi tiroid juga diperlukan pada penderita yang menunjukkan gejala hipertiroidisme, yaitu kondisi akibat produksi hormon tiroid berlebihan. Pemeriksaan radiologi sering diperlukan untuk membantu menilai ada tidaknya kelainan struktur jantung. Meskipun kebanyakan kasus aritmia yang menyebabkan palpitasi tidak berbahaya, kadang kelainan yang terjadi tidak dapat diprediksi dan berpotensi menyebabkan hipotensi dan kematian. 

Beberapa keadaan dengan risiko tinggi yang menandakan perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, antara lain adanya riwayat menjalani pembedahan jantung atau terkena penyakit jantung koroner akhir-akhir ini (< 3 bulan), pingsan atau sakit dada berat, atau adanya riwayat keluarga pingsan atau mati mendadak pada usia muda. 

Beberapa kelainan jantung penyerta yang perlu ditanggapi secara serius, yaitu Wolff-Parkinson-White syndrome, inherited channelopathy (misalnya long QT syndrome), hypertrophic cardiomyopathy, atau aortic stenosis (suatu kelainan katup jantung).

Obat-obatan atau zat yang dicurigai menyebabkan palpitasi sebaiknya dihentikan. Apabila aritmia yang mengancam nyawa justru dipicu oleh obat untuk terapinya, maka obat golongan lainnya patut dicoba. Palpitasi pada penderita dengan kelainan struktur jantung atau kelainan gambaran EKG dapat menjadi pertanda masalah serius dan menjadi indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 

Sementara itu, palpitasi yang tidak berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu biasanya tidak memerlukan perawatan. Namun, perlu diingat bahwa bila anda mengalami gejala jantung berdebar dan gejala penyerta lainnya serta mempunyai keadaan dengan risiko tinggi yang telah disebutkan, sebaiknya periksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter agar mendapat diagnosis yang tepat karena penundaan dapat saja berakibat fatal. Diet yang baik dan kehidupan yang bebas stres dianggap sebagai salah satu langkah terbaik untuk penanganan serta pencegahan palpitasi. (http://www.analisadaily.com)

google+

linkedin