Mengenali Radang Usus Buntu - Organ ini bernama latin appendix vermiformis, yang secara harafiah berarti “tambahan (lampiran) yang berbentuk cacing”. Masyarakat umum mengenalnya dengan nama umbai cacing atau usus buntu. Bentuknya seperti tabung dengan panjang lebih kurang 10 cm dan diameternya 0,8 cm sehingga tampak seperti pulpen.
Appendiks (usus buntu) letaknya bergelantungan pada bagian usus besar yang bernama caecum (baca:sekum). Jadi bisa dibayangkan appendiks ini seperti ekor yang melekat ke caecum, tapi ujungnya bisa saja terletak di dekat usus besar, di dalam panggul, di dekat usus halus, atau di belakang usus besar. Secara kasat mata, lokasi appendiks ini ada di perut kanan bawah, dekat tulang panggul.
Fungsi appendiks sejak dulu menjadi kontroversi. Ada yang berpendapat bahwa ini adalah sisa-sisa organ yang tidak berfungsi lagi, ada juga yang berpendapat appendiks berperan dalam sistem kekebalan usus. Hal ini diperkuat dengan pemeriksaan jaringan (histologi) appendiks yang menunjukkan banyak jaringan limfoid sebagai salah satu komponen sistem imun.
Radang pada usus buntu disebut appendiksitis. Akar masalah penyakit ini adalah sumbatan pada saluran appendiks. Sumbatan ini bisa disebabkan oleh tinja yang mengeras (faecalith), cacing, infeksi yang menyebabkan jaringan limfoid membesar dan menyumbat. Pada anak-anak radang appendiks kadangkala terjadi satu minggu setelah infeksi tenggorokan. Karena infeksi tenggorokan juga memicu pembengkakan jaringan limfoid di appendiks.
Normalnya usus buntu memproduksi lendir dan mengalirkannya ke usus besar. Bila terjadi sumbatan maka aliran lendir menjadi terhambat, lendir menumpuk dan tekanan dalam salurannya meningkat.
Karena tekanan yang meningkat, aliran darah juga terganggu. Pada akhirnya akan terjadi kerusakan jaringan, appendiks menjadi rawan terinfeksi bahkan bisa bocor. Bila sampai bocor, infeksi bisa menyebar ke seluruh rongga perut dan memicu radang selaput perut (peritonitis).
Pada orang dewasa, begitu terjadi kebocoran kecil pada appendiks, akan ada bagian selaput perut bernama omentum yang “membungkus” appendiks dan mencegah infeksi menyebar. Namun pada anak-anak, omentum ini tidak cukup panjang sehingga tidak bisa membungkus appendiks yang bocor. Akibatnya radang usus buntu pada anak-anak sangat berisiko menjadi peritonitis. Omentum yang membungkus usus buntu, beserta jaringan-jaringan sekitarnya akan membentuk gumpalan massa yang teraba dan disebut appendicial mass.
Gejala dari radang usus buntu bervariasi tergantung progresivitasnya. Gejala awalnya adalah demam yang tidak terlalu tinggi, rasa nyeri di daerah pusar dan sekitarnya, kadang bisa salah diagnosa menjadi sakit maag. Penderita juga menjadi gelisah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpusat ke perut kanan bawah. Penderita masih demam dan gelisah. Pada penderita dengan kebocoran appendiks dan mengalami peritonitis, gejalanya menjadi nyeri di seluruh lapangan perut. Pasien bisa jatuh ke kondisi dehidrasi, infeksi berat bahkan kematian bila tidak ditangani segera.
Untuk menegakkan diagnosa radang usus buntu, dokter akan melakukan tanya jawab tentang gejala penyakit yang dirasakan lalu melakukan beberapa pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dengan menekan perut, mengangkat kaki, dan pemeriksaan colok dubur adalah rutin dilakukan untuk menilai keparahan dan menebak lokasi usus buntu berada.
Khas untuk peritonitis, perut penderita akan sangat nyeri, bahkan saat bernafas. Bila ditekan, penderita akan merasa kesakitan dan otot perutnya menjadi tegang sehingga perutnya keras seperti papan.
Di dalam perut ada banyak organ, maka bisa saja ada penyakit pada organ lain menyebabkan gejala yang mirip dengan usus buntu. Salah satunya adalah kehamilan ektopik terganggu. Penyakit lain yang bisa menyerupai radang usus buntu adalah batu saluran kemih. Kecurigaan-kecurigaan ini bisa disingkirkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang lain.
Perlukah operasi?
Ini menjadi pertanyaan yang selalu ditanyakan kepada dokter. Perlu ditegaskan bahwa setiap usus buntu yang sudah meradang wajib dibuang secara operasi. Pemberian antibiotik bisa menghilangkan infeksi, tapi tidak menyembuhkan usus buntu tersebut. Appendiks akan berulang kali mengalami infeksi, penderita berulang kali merasa “demam ringan” walau gejalanya tidak separah radang akut. Ini dinamakan appendiksitis kronis.
Terlebih bila sudah terjadi peritonitis, mau tidak mau harus dilakukan operasi untuk membuang usus buntu yang telah bocor. Antibiotik yang diberikan hanya bertujuan agar infeksi tidak menyebar.
Begitu dijadwalkan operasi, pasien akan dipuasakan selama kurang lebih 6 jam. Selain itu pasien akan menjalani pemeriksaan darah, dipasang infus dan kateter urin (selang kencing). Teknik operasinya bergantung tingkat keparahan. Teknik laparoskopi saat ini sudah banyak dilakukan. Teknik ini hanya melubangi perut di tiga titik lalu operasi melalui teropong dan alat khusus lain. Teknik ini lebih mahal tapi penyembuhan lukanya lebih bagus. Teknik laparoskopi pun memiliki keterbatasan, tergantung keahlian operator yang piawai dengan lapangan operasi terbatas.
Beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan
Apakah operasi membuang usus buntu boleh dilakukan sebelum usus buntu itu meradang? Cukup beralasan untuk membuang usus buntu sebelum dia meradang. Pembuluh darah yang termasuk end artery (pembuluh darah ujung) memungkinkannya dibuang tanpa masalah berarti. Namun demikian, banyak orang yang sepanjang hidupnya tidak mengalami radang usus buntu sehingga tidak perlu panik.
Apakah benar setelah operasi usus buntu tidak boleh kerja berat? Operasi usus buntu akan menyebabkan luka di usus yang harus dijahit. Selama satu bulan pertama, penderita disarankan banyak beristirahat agar jahitan dalam perut tidak terlepas dan proses penyembuhan baik.
Apakah berlari atau melompat-lompat setelah makan bisa menyebabkan radang usus buntu? Hal ini tidak benar. Tidak ada hubungannya berlari atau melompat setelah makan dapat menyebabkan radang usus buntu. Setelah makan, saat beraktivitas berat memang perut bisa terasa sakit. Rasa sakit ini desebabkan gesekan lambung dan usus yang terisi makanan dengan dinding perut. Dengan istirahat sejenak rasa sakit akan menghilang.
Adakah komplikasi operasi usus buntu? Luka yang menyembuh akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut ini kadang menjerat usus halus dan menyebabkan sumbatan saluran usus. Pada wanita, jaringan ikat ini juga bisa menjerat ke tuba Falopii (saluran penghubung dari indung telur ke rahim), membuatnya berisiko mengalami kemandulan atau kehamilan ektopik. Walaupun demikian, ada prosedur tertentu selama operasi yang bisa dilakukan untuk mencegah jaringan ikat tumbuh secara berlebihan sehingga angka kejadiannya kecil.
Adakah yang bisa dilakukan untuk mencegah radang usus buntu? Tidak ada langkah khusus yang terbukti mencegah radang usus buntu. Namun jagalah kesehatan secara umum, perbanyak konsumsi air putih, serat dari sayur dan buah agar kotoran tidak keras. ini bisa membantu mencegah sumbatan saluran usus buntu.
Organ appendiks walaupun merupakan organ sisa dan fungsinya tidak terlalu vital, namun sering menimbulkan masalah bahkan bisa berujung kematian bila terlambat ditangani. Karenanya mengenali gejala, progresivitas penyakit dan penanganannya akan membantu mencegah komplikasi radang usus buntu yang bisa terjadi.