Advertisement

Responsive Advertisement

Pemeriksaan Rutin Kanker Payudara

Wanita berusia 40 tahun ke atas beresiko terkena kanker payudara, namun kebanyakan wanita berusia 50 tahun keatas berisiko lebih tinggi terhadap salah satu penyakit yang paling banyak menyerang kaum hawa.

Hal ini disampaikan dokter spesialis bedah payudara Rumah Sakit Gleneagles Penang, dr Teh Yew Ching saat ditemui Analisa baru-baru ini di Hotel JW Marriott Medan.

“Bulan ini adalah October Pink atau bulan kesadaran kanker payudara sedunia. Saya ingin menghimbau agar para wanita lebih sadar dan peduli dengan melakukan pemeriksaan rutin,” tuturnya.
Ia menjelaskan, sulit mengetahui apa faktor penyebab seseorang terkena kanker payudara. Penyakit ini dapat terjadi begitu saja, bukan dari makanan yang dikonsumsi atau faktor keturunan.

Ia juga menepis mitos yang mengatakan penggunaan pakaian dalam berkawat dan parfum berlebihan dapat memicu penyebab kanker payudara. Namun pada wanita yang tidak pernah menyusui, risiko kanker sedikit lebih tinggi dibanding wanita yang pernah menyusui.
Pemeriksaan Rutin Kanker Payudara

Kanker payudara muncul dengan beberapa tanda-tanda, diantaranya yang paling umum adalah terdapat benjolan di sekitar dada yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.

Selain itu, tanda lain yakni perubahan mendadak pada ukuran payudara atau ukuran payudara tidak simetris, perubahan kulit payudara termasuk kemerahan, penebalan atau ulserasi, perubahan pada puting seperti terkelupas, keluar cairan darah atau keluar cairan berwarna coklat. 

“Banyak wanita merasakan benjolan dan sakit di dada, namun itu belum tentu kanker. Akan tetapi lebih banyak wanita menganggap remeh benjolan yang tidak sakit, padahal itu bisa saja tanda kanker payudara,” tutur dokter Teh.

Pemeriksaan Kanker

Kanker payudara didiagnosis lewat beberapa pemeriksaan klinis seperti mammogram, usg dan biopsy yang dilakukan dokter. Hasil pemeriksaan ini yang akan menentukan jenis tumor atau kanker ganas serta tahap/level penyebaran kanker di dalam tubuh.

Ia menyarankan, wanita berusia diatas 40 tahun agar rutin melakukan screening seperti mammogram dan USG untuk deteksi dini kanker tahap awal.

“Mammogram atau ronsen payudara dapat dilakukan dua tahun sekali, kecuali bagi wanita yang memiliki silsilah keluarga pengidap kanker payudara maka mammogram sebaiknya dilakukan setahun sekali,” tambahnya.

Pengobatan kanker payudara memerlukan pembedahan, umumnya terdapat dua jenis operasi yakni operasi konservasi yaitu pengangkatan benjolan saja dan operasi mastektomi atau pengangkatan seluruh payudara.

Keputusan untuk jenis operasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk ukuran tumor, ukuran payudara, temuan mammogram, dan pilihan pasien.

Wanita yang menjalani mastektomi ditawarkan pilihan untuk rekonstruksi payudara. Dokter bedah akan memandu pasien melalui pengambilan keputusan untuk operasi.

Sedangkan pengobatan dengan kemoterapi, radioterapi, hormonal dan pengobatan lainnya tergantung pada jenis dan tahap kanker payudara. Seringkali, perawatan ini hanya dapat diputuskan setelah operasi. Dalam kasus kanker payudara stadium lanjut, kemoterapi kadang-kadang diberikan sebelum operasi.