Apa itu Penyakit Hepatitis B ?

Post oleh : kang ombar | Rilis : 4:11 AM | Series :
Apa itu Penyakit Hepatitis B ? - Penyakit Hepatitis-B ini merupakan suatu jenis penyakit radang ataupun infeksi pada hati (liver, hepar), yang paling berbahaya dari beberapa jenis infeksi pada hati yang selama ini sudah dikenal.

Akibat yang paling ditakutkan yang dapat berkembang dari penyakit Hepatitis-B ini antara lain penyakit sirosis (pengerasan) hati dan penyakit kanker hati.

Diperkirakan bahwa 2 dari 3 kasus sirosis (kerusakan kronis jaringan hati), disebabkan oleh Hepatitis-B ini.Telah diketahui pula bahwa sebagian besar dari penyakit kanker hati primer (sekitar 80%), berasal dari penyakit Hepatitis-B tersebut.

Penyakit Hepatitis-B merupakan masalah bagi seluruh permukaan bumi ini, merupakan masalah seluruh dunia, karena penyakit yang satu ini menyerang ratusan juta orang manusia dan yang terbanyak adalah dinegara-negara yang sedang berkembang. Lebih 2 juta orang dimuka bumi ini, meninggal setiap tahunnya oleh karena penyakit Hepatitis-B ini. Sekitar 300 juta orang di seluruh dunia, merupakan pengidap kronis/menahun (carier) dari virus penyebab penyakit ini, dan 75% di antaranya terdapat dibenua Asia.

Apa itu Penyakit Hepatitis B ?

Di Indonesia sendiri diperkirakan satu dari setiap 10 -20 orang (sekitar 5-10% penduduk) adalah pengidap kronis penyakit tersebut. Pengidap kronis penyakit ini yang disebut sebagai carier tadi, selalu dapat menjadi sumber penularan bagi orang lain yang sehat. Dengan angka kelahiran sekitar 3% dan angka kematian bayi sekitar 90 orang per-seribu, lalu prevalensi carier Hepatitis-B sekitar 10%, maka diperkirakan 600.000 bayi setiap tahunnya menghadapi kontak dengan virus Hepatitis-B. Di antara mereka ini sekitar 90%-nya mempunyai risiko untuk menjadi carier pula nantinya. Ini berarti bahwa setiap tahun ada pertambahan carier Hepatitis-B sebanyak 0,3% dari jumlah penduduk.

Cara penularan

Penyakit Hepatitis-B yang disebabkan oleh virus ini, tentunya dapat menular dari seseorang kepada orang lain. Virus yang didapatkan dalam darah seseorang yang sudah terinfeksi, dapat memasuki tubuh orang lain yang sehat, sehingga dia tertular dengan penyakit ini, melalui luka kecil pada kulit, termasuk luka yang sama sekali tidak kita sadari, atau juga luka pada lapisan selaput lendir/mukosa, misalnya selaput lendir mulut.

Dengan cara ini virus penyakit tersebut bisa ditularkan karena pemasangan tato, menindik telinga, pengobatan dengan tusuk jarum/akupunktur, penyalahgunaan obat-obatan dan bahan-bahan narkotika dengan pemakaian cara suntikan ataupun pada transfusi darah. Hal ini semuanya tentu saja berkaitan, kalau sekiranya alat suntik/jarum suntik yang dipergunakan sudah tercemar dengan virus Hepatitis-B tersebut.

Cara penularan yang lain adalah melalui cairan tubuh yang lainnya, yang juga sudah terinfeksi dengan virus tadi. Cairan-cairan tubuh seperti sperma, cairan vagina, air ludah, keringat dan air mata dari penderita yang sudah tercemar dengan virus ini, bisa merupakan bahan untuk penularan kepada orang lain yang masih sehat walafiat.

Dengan demikian melalui dua cara penularan virus Hepatitis-B itu, yaitu melalui cairan darah ataupun cairan tubuh yang lainnya yang sudah terinfeksi dengan virus hepatitis tersebut, banyak jalan yang bisa merupakan cara penularannya.

Di samping hal-hal yang sudah disebutkan di atas, penularan juga bisa terjadi melalui hubungan seksual, melalui air liur ataupun keringat, melalui serangga-serangga pengisap darah seperti nyamuk. Cara penularan yang lain bisa melalui luka kecil pada kulit ataupun selaput lendir bagian tubuh yang tersentuh dengan benda-benda/cairan/darah yang mengandung virus itu, misalnya sikat gigi, barang mainan (pada anak-anak), botol bayi, alat cukur, gelas minuman, sarung tangan karet, handuk, alat-alat rumah sakit dan lain sebagainya.

Dari apa yang sudah diuraikan tentang cara penularan virus Hepatitis-B ini, begitu banyak cara penularan yang bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja.Karena itulah penyakit ini merupakan suatu penyakit yang bisa menimbulkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, apalagi jumlah pengidap kronis dari penyakit ini yang merupakan carier yang tetap bisa merupakan sumber penularan, jumlahnya cukup besar. Itu berarti bahwa setiap orang yang belum terinfeksi dengan penyakit ini, setiap saat tetap mempunyai risiko yang cukup besar untuk terjangkit.

Kelompok-kelompok dalam masyarakat kita yang mempunyai risiko tertular lebih besar, dengan kata lain yang lebih rentan dibandingkan denga kelompok masyarakat yang lainnya, adalah :

1. Orang-orang yang berhubungan erat dan berada disekitar penderita akut ataupun pengidap kronis Hepatitis-B.
2. Bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu pengidap penyakit ini, maka 90% dari bayi-bayi tersebut akan terinfeksi dan menjadi pengidap penyakit ini pula.Bayi-bayi seperti ini kemungkinan akan menderita penyakit kanker hati, jauh lebih besar (200 kali lebih besar), bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang bukan pengidap penyakit tersebut, pada usia lanjut dari kehidupannya.
3. Petugas kesehatan, teknisi laboratorium klinik dan petugas lainnya, yang sering berhubungan dengan darah atau cairan tubuh yang lainnya.
4. Pasien-pasien yang harus mengikuti hemodialise (cuci darah), yang menerima transfusi darah ataupun cairan yang lainnya, misalnya pada penderita haemophilia, anemia, kehilangan cairan darah dan lain sebagainya.
5. Mereka yang mendapat pengobatan dengan tusuk jarum/akupunktur ataupun orang-orang yang mencoba menghiasi dirinya dengan pemasangan tato disekujur tubuhnya.
6. Orang-orang dengan kehidupan seks bebas, para homoseksual dan para pelacur.
7. Penyalahgunaan obat-obatan ataupun bahan-bahan narkotika yang lainnya dengan memakai cara suntikan.
8. Pemain-pemain olahraga yang sering kontak badan satu dengan lainnya, yang juga selalu mempunyai risiko tergores atau terluka karena benturan ataupun kecelakaan yang lainnya.
9. Para wisatawan yang berkunjung kedaerah endemis penyakit Hepatitis-B, dengan tingkat penularan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asalnya.

Gejala yang timbul

Setelah melewati masa inkubasi, yaitu waktu antara masuknya kuman/virus penyakit sampai timbulnya gejala-gejala awal Hepatitis-B ini, bisa menimbulkan gejala-gejala yang cukup berat.

Badan terasa sangat lemah, lesu, cepat lelah, demam, muntah-muntah dan nafsu makan yang sangat menurun. Sering pula diikuti dengan rasa nyeri pada daerah sendi dan daerah dimana terdapat liver/hati, yaitu pada bagian atas kanan rongg perut (apalgi kalau ditekan). Bagi para perokok akan terasa suatu perobahan ketika mereka menikmati isapan rokok mereka.

Setelah timbulnya gejala-gejala ini, 3-10 hari kemudian akan berkembang tahap kedua,dimana air seni akan berwarna gelap kecoklat-coklatan, seperti air teh yang pekat. Kemudian warna kulit dan bagian putih mata/sklera menjadi berwarna kuning, karena sudah terjadi kerusakan sel-sel hati.

Karena adanya warna kuning dikulit dan bagian putih dari mata inilah, maka penyakit Hepatitis juga dikenal dengan nama “penyakit kuning”. Sesudah itu akan diikuti pula dengan warna tinja seperti tanah liat agak kepucatan, dimana penderita merasa sepertinya berangsur baik dengan gejala klinis (demam, mual dan sebagainya) yang mulai berkurang. Dalam keadaan seperti ini banyak penderita perlu dirawat dirumah sakit sampai berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan, sebelum dapat kembali hidup dan bekerja secara normal. Nantinya penderita seperti ini akan memiliki kekebalan tubuh terhadap Hepatitis-B sepanjang hayatnya yang tersisa.

Sejauh manakah serangan Hepatitis-B yang akut ini ?

Ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi, antara lain:

1. Seperti yang bisa terjadi pada banyak penderita, mereka bisa sembuh dengan baik, seperti tidak pernah terjadi apapun pada dirinya. Hal ini tentunya bisa terjadi kalau infeksi oleh virus itu tidak terlampau berat dan juga perawatan serta pengobatan yang diberikan berlangsung dengan baik.
2. Meskipun jarang terjadi, sebagian kecil di antara penderita, dapat mengalami serangan akut yang sangat berat, sampai menimbulkan coma (keadaan tidak sadar sepenuhnya) dan akhirnya menyebabkan kematian dalam jangka waktu beberapa hari. Jumlah penderita yang seperti ini yang dikenal sebagai Hepatitis Fulminan, ada sekitar 2-5%.
3. Menjadi hepatitis yang menahun/ kronis dan menetap. Penderita dalam keadaan ini yang kita sebut sebagai carier, akan terus menerus merupakan sumber penularan penyakit ini untuk orang lain.
4. Ada pula yang berkembang menjadi hepatitis aktip yang kronis, dengan penyakit hati yang terus memburuk, yang akhirnya menjadi sirosis (pengerasan) hati ataupun terus berlanjut menjadi kanker hati.

Sekitar 5-10% dari penderita Hepatitis-B akut akan menjadi carier Hepatitis-B. Orang-orang yang seperti ini nantinya bisa terkena penyakit kanker hati dengan kemungkinan 340 kali lebih besar daripada mereka yang bukan carier.

Pencegahan yang dapat dilakukan

Tentunya dapat. Sebenarnya untuk pencegahan ini ada suatu tindakan yang dapat kita lakukan secara umum dalam kegiatan kita sehari-hari. Misalnya saja dalam keadaan sehari-hari dirumah kita tidak memakai barang-barang pribadi milik orang lain, termasuk sikat gigi, alat cukur dan handuk mandi. Kalau misalnya kita petugas dilaboratorium atau di rumah sakit, kita harus berhati-hati dalam proses pemeriksaan dan pengambilan darah atau cairan tubuh yang lainnya, juga barang-barang lain yang mungkin tercemar yang berasal dari mereka yang potensial menularkan penyakit Hepatitis-B itu. Tentunya cara-cara yang disebutkan ini bukanlah cara pencegahan yang efektip dan terjamin.

Cara yang paling efektip untuk pencegahan Hepatitis-B ini adalah dengan pemberian vaksinasi, sehingga secara aktip tubuh seseorang akan membuat antibodi yang merupakan alat pertahanan tubuhnya terhadap penyakit Hepatitis-B.

Ada 2 (dua) jenis vaksin Hepatitis-B ini, yaitu :

1. Vaksin asal plasma
2. Vaksin asal rekayasa genetika (biotehnologi).

Vaksin Hepatitis-B asal plasma yang selama ini beredar, menghadapi beberapa masalah yang cukup rumit, antara lain :

- Penyediaan plasma darah yang sangat sukar sekali kesinambungannya
- Diperlukannya fasilitas untuk memproduksinya secara khusus
- Proses untuk produksinya berlangsung dalam waktu yang relatip cukup lama
- Vaksin yang dihasilkan cukup mahal, sehingga tidak cukup ideal untuk pemakaian secara masal.
- Bisa didapatkan kontaminasi dalam plasma, antara lain dengan virus Hepatitis-B sendiri serta kuman-kuman atau virus yang lain, termasuk virus HIV/AIDS.

Karena itulah sekarang ini pemakaian vaksin yang berasal dari rekayasa genetika yang dibuat dari bahan baku ragi, sedang digalakkan. Vaksin yang dibuat dengan cara ini, jauh lebih aman daripada vaksin yang berasal dari plasma.

Di samping itu juga bakunya berupa ragi, sangat berlimpah dan mudah didapatkan, proses produksinya jauh lebih pendek, kualitasnya lebih baik dan diharapkan kelak harganya menjadi jauh lebih murah. Dengan demikian program vaksinasi masal akan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Beredarnya vaksin Hepatitis-B hasil rekayasa genetika ini tentunya akan mendapatkan sambutan yang cukup baik bagi dunia kedokteran dan dunia kesehatan. Bagi Indonesia sendiri, vaksinasi masal ini tentunya hanya dapat terlaksana, bila didukung oleh suplai vaksin yang mencukupi, tidak boleh terputus dengan harga yang ekonomis dan terjangkau, serta mudah didapatkan sampai kedaerah-daerah.

Siapakah yang perlu mendapatkan vaksin ini ?

Karena negara kita merupakan negara dengan angka kejadian Hepatitis-B yang cukup tinggi, maka idealnya seluruh rakyat Indonesia, tua maupun muda, pria ataupun wanita, harus mendapatkan vaksinasi ini. Tetapi dengan berbagai kendala, termasuk harga vaksin yang masih cukup mahal ini, tentulah tidak mungkin hal itu dapat dijalankan. Oleh karena itu sasaran utama bagi vaksinasi ini adalah bayi dan anak-anak, karena diperkirakan sistem kekebalan tubuh pada bayi dan anak-anak ini belum sempurna.dengan demikian bila mereka terkena infeksi virus Hepatitis-B, maka kemungkinan untuk terjadinya infeksi kronis, yang nantinya bisa menjadi sirosis hati atau kanker hati dikemudian hari, sangat besar.

Di samping itu juga vaksinasi ini diperlukan oleh mereka yang belum terinfeksi dan belum memiliki kekebalan, yang ditandai dengan negatipnya beberapa pemeriksaan laboratorium, seperti HbsAg (sebagai tanda awal Hepatitis-B), Anti HBc dan Anti HBs (yang menunjukkan adanya kekebalan tubuh setelah infeksi Hepatitis-B).Pemilihan calon penerima vaksinasi Hepatitis-B ini memang dianjurkan melalui tahap Uji Saring, karena memberikan vaksin kepada seseorang yang sebetulnya tidak memerlukannya (sebab dalam tubuh orang tersebut sudah terbentuk kekebalan secara alamiah terhadap Hepatitis-B), merupakan hal yang mubazir.

Cara pemberian vaksinasi ini dilakukan dengan pemberian 3 (tiga) kali suntikan dalam waktu 6 bulan.

- Suntikan pertama: Pada hari yang ditentukan
- Suntikan kedua: 1 (satu) bulan kemudian
- Suntikan ketiga: 6 (enam) bulan sesudah suntikan yang pertama

Dengan cara ini diharapkan akan didapatkan perlindungan terhadap Hepatitis-B untuk jangka waktu beberapa tahun. Sesudah itu dapat diberikan suntikan Booster, sesudah beberapa tahun kemudian, untuk memperkuat lagi daya tahan tubuh terhadap Hepatitis-B.

Dalam keadaan yang tertentu dimana diperlukan suatu perlindungan yang cepat, misalnya untuk orang-orang yang mempunyai risiko langsung (kontak dengan carier, wisatawan dsb), vaksinasi ini dapat diberikan dalam waktu yang lebih cepat, 3 (tiga) kali suntikan dalam waktu hanya 2 (dua) bulan.Dalam hal ini diperlukan pula pemberian suntikan ke-4, yaitu 12 bulan sesudah suntikan yang pertama.

Boleh dikatakan bahwa pemberian vaksin ini dapat ditolerir tubuh dengan baik. Kalaupun ada hal-hal yang merupakan efek samping, kemungkinan bisa menyebabkan rasa sakit/perih di daerah sekitar tempat penyuntikan. Juga bisa terjadi sedikit pembengkakan dengan warna kemerah-merahan, disertai pula dengan gejala demam yang ringan. Gejala-gejala ini biasanya akan hilang dalam waktu kurang dari 48 jam.

Pengobatan yang baik

Boleh dikatakan bahwa pengobatan yang dilekukan untuk penderita Hepatitis-B ini merupakan pengobatan pendukung saja, ataupun sekadar untuk mengatasi komplikasi yang timbul.Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang bisa mengatasi virus Hepatitis-B tersebut boleh dikatakan belum ada lagi sampai sekarang ini. Boleh dikatakan pengobatan Hepatitis-B ini umumnya tidaklah menimbulkan masalah, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya.

Hanya sejumlah kecil kasus dengan tipe Hepatitis yang berat dan Hepatitis Fulminan, hasil pengobatannya belum memuaskan.

1. Pengobatan Hepatitis-B yang akut, terdiri dari istirahat yang cukup, diet dan kalau perlu pemberian kortokosteroid.
2. Pada tipe yang fulminan, harus dilakukan pengawasan medik yang ketat dan intensip, serta mencegah dari kemungkinan adanya komplikasi yang sekunder.
3. Hepatitis-B yang kronis, tidaklah memerlukan pengobatan yang spesifik dan khusus, juga tidak memerlukan pembatasan kerja fisik atau pengaturan diet.
4. Sampai sekarang ini belumlah ada obat yang ideal yang mampu mengatasi atau menyembuhkan penyakit Hepatitis-B. (http://www.analisadaily.com)

google+

linkedin