Advertisement

Responsive Advertisement

Hipertensi pada Dewasa Muda

Hipertensi pada Dewasa Muda - Pra hipertensi mungkin jarang sekali didengar di kalangan masyarakat luas, tidak seperti saudara kandungnya yaitu hipertensi yang bagi sebagian orang dijadikan momok tersendiri sebagai awal timbulnya penyakit mengerikan. Tidak jarang pula kita mendengarkan banyak anggapan dari masyarakat yang berasumsi bahwa penyakit hipertensi, atau lebih dikenal akrab di telinga mereka dengan penyakit tensi tinggi, hanya dialami oleh dewasa usia tua saja.

Sebenarnya anggapan seperti itu harus dihilangkan karena hipertensi dapat terjadi tidak hanya pada usia dewasa tua melainkan juga pada kalangan dewasa muda. Bahkan dewasa ini, deteksi dini terhadap tekanan darah pada kalangan tersebut, dijumpai tidak sedikit yang menderita hipertensi. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut mengingat semakin berubahnya pola hidup seiring dengan berkembangnya zaman. Lalu apa itu sebenarnya pra hipertensi? Kenapa perlu dipedulikan?
Hipertensi pada Dewasa Muda

Istilah pre hipertensi merupakan klasifikasi tekanan darah dimana dijumpai tekanan darah sistolik berada antara 120-139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg di mana penderita tersebut tidak sedang menjalani atau mengkonsumsi obat hipertensi. Istilah ini pertama sekali diperkenalkan dalam aturan tatalaksana hipertensi yang dikeluarkan oleh Joint National Committee on Hypertension dekade belakangan ini.

Hal ini dimaksudkan agar orang-orang dengan pra hipertensi perlu mendapat perhatian dan penilaian terhadap ada tidaknya faktor resiko yang berkaitan dengan tekanan darah dan melakukan pencegahan sedapat mungkin. Penelitian menunjukkan bahwa 85% penderita pra hipertensi memiliki satu atau lebih faktor resiko penyakit kardiovaskular dibandingkan normotensi.

Hal ini menegaskan bahwa keadaan pra hipertensi ini perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada kalangan dewasa muda karena pencegahan terhadap kejadian hipertensi sebaiknya dimulai saat seseorang mengalami pra hipertensi. Namun epidemiologi terhadap pra hipertensi di kalangan dewasa muda di Indonesia baru sedikit diketahui.

Salah satu penelitian yang pernah dilakukan dengan melibatkan 55.347 responden dari kalangan usia 18 hingga 25 tahun di 33 provinsi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan antara kejadian pra hipertensi dengan tempat tinggal, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kegemukan, berhenti merokok dan mengisap rokok setiap hari, konsumsi alkohol, buah dan sayur serta gangguan kesehatan jiwa di kalangan dewasa muda di Indonesia.

Misalnya, dibandingkan dengan responden yang tidak merokok, resiko kejadian pra hipertensi lebih ditemui pada responden yang merokok. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa penderita pra hipertensi pada kalangan dewasa muda di Indonesia adalah tinggi yaitu sekitar 68%. Angka yang cukup tinggi sebenarnya yang dapat menimbulkan kejadian hipertensi di kemudian hari.

Bagaimana progresivitas kejadian pra hipertensi menjadi hipertensi hingga saat ini masih belum jelas. Vasan dkk menemukan bahwa kejadian pra hipertensi sebagai prekursor terhadap kejadian hipertensi, dan dalam kurun waktu sekitar 4 tahun dijumpai sebanyak 30% penderita hipertensi yang dulunya mengalami kejadian pra hipertensi. Kejadian pra hipertensi ini juga dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular dan Diabetes Mellitus tipe 2.

Suatu penelitian metaanalisis menunjukkan banyaknya faktor yang terkait yang dapat memicu terjadinya hipertensi di kemudian hari seperti usia, jenis kelamin, status ekonomi rendah, C-reactive protein dan lingkar pinggang, ras, konsumsi alkohol, obesitas, tingginya asupan garam setiap hari, aktivitas fisik yang kurang, serta riwayat keluarga menderita hipertensi. Bisa dilihat di sini bahwa faktor yang dapat dimodifikasi yang juga sebagai pencetus terjadinya kejadian pra hipertensi pada dewasa muda, juga dapat mengakibatkan kejadian hipertensi di kemudian hari bila tidak dicegah.

Pencegahan terhadap kejadian hipertensi di kemudian hari pada kalangan dewasa muda di Indonesia cukup dilakukan melalui modifikasi gaya hidup seperti edukasi pola makan dan nutrisi yang baik, manajemen psikososial, kontrol berat badan, hindari minum alkohol dan merokok, olahraga yang rutin serta penyelenggaraan pola hidup yang sehat. Berjalan cepat atau jogging pagi hari selama 30 menit setiap hari disertai dengan pengurangan asupan garam hingga 2300 mg direkomendasikan untuk pencegahan kejadian hipertensi.

Dengan melakukan modifikasi pola hidup yang baik, selain menghindarkan terjadinya pra hipertensi bagi yang belum terkena, dapat pula mencegah kejadian hipertensi di kemudian hari bagi dewasa muda yang telah terdeteksi. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin yang seharusnya dimulai sejak dewasa muda untuk mengidentifikasi penderita pra hipertensi supaya dapat dilakukan modifikasi gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat.