Advertisement

Responsive Advertisement

Kenali Profil Diabetes Anda

Kenali Profil Diabetes Anda - Ironis, di tengah gencarnya imbauan pemerintah untuk menurunkan risiko diabetes, ternyata masih banyak masyarakat Kota Medan yang mengobati diabetes berdasarkan informasi dari keluarga ataupun rekanannya untuk menggunakan obat tertentu.

Sebut saja Ny. N, 63 tahun yang sudah lima tahun menderita kencing manis (diabetesi). Wanita tersebut sedang mengkonsumsi obat hipoglikemik oral (OHO) selama 1 tahun ini karena penglihatan kedua matanya kabur, terutama mata kanan. Selama 4 tahun sebelumnya Ny. N mengkonsumsi obat herbal.

Ia pun memeriksakan matanya ke optik karena mengira saatnya memakai kaca mata, namun hasil pemeriksaan di optik menyimpulkan matanya normal. Penderita ini mengkonsumsi OHO berdasarkan pengalaman dari saudara kandungnya yang juga seorang diabetesi dengan golongan obat sulfonilurea (glimepiride dan gliklasid). Saat datang ke poliklinik penyakit dalam kadar gula darah puasa (KGD Nuchter) : 261 mg/dl, kadar gula darah 2 jam sesudah makan (KGD 2 Jam Post Prandial) : 302 mg/dl dan kadar hemoglobin terglikasi (HbA1C) : 10,2%.

Kenali Profil Diabetes Anda

Pola masyarakat kita dalam mengatasi penyakit adalah pola mengobati dan bukan menjaga agar jangan menjadi sakit. Mereka berpikir adalah lebih penting mengobati dibandingkan mencegah penyakit. Sebenarnya pencegahan itu yang justru jauh lebih menguntungkan karena hidup alamiah tanpa obat adalah jauh lebih baik. Namun bila diabetes sudah menghinggapi seperti contoh kasus di atas, sangatlah ironis bila mengobatinya dengan cara herbal ataupun menggunakan 2 jenis obat namun dari golongan yang sama. Mereka berpikir bahwa setiap diabetesi memiliki penanganan yang sama, padahal untuk setiap kasus diabetes berbeda cara pengobatannya.

Diabetes adalah gangguan penggunaan gula di dalam tubuh. Bila seseorang mengkonsumsi makanan yang mengandung gula, maka zat makanan itu akan diubah menjadi energi setelah masuk ke dalam sel. Pada diabetesi, gula tersebut tidak masuk ke dalam sel namun menumpuk di dalam darah dan menimbulkan komplikasi pada pembuluh darah dan sistem saraf dengan manifestasi kelainan tertentu. Bila komplikasi terjadi pada pembuluh darah besar disebut makroangiopati, dan bila terkena pada pembuluh darah kecil disebut mikroangiopati.

Pada umumnya komplikasi mikroangiopati lebih banyak terjadi dengan kadar gula darah yang tinggi seperti pada kasus di atas, sedangkan makroangiopati dipengaruhi juga oleh tekanan darah yang sering tidak terkontrol, kadar kolesterol yang tinggi. Pada kasus di atas, target organnya adalah mata yang adalah pembuluh darah mikro sehingga stressing utamanya adalah kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkendali.

Berdasarkan data World Diabetes Foundation menyebutkan bahwa angka penyandang diabetes terus meningkat.Pada tahun 1985, jumlah penyandang diabetes di dunia baru sekitar 30 juta orang, namun saat ini jumlahnya mencapai 230 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan bergesernya gaya hidup masyarakat yang cenderung mengarah ke risiko terkena diabetes.

Penyakit ini tercatat sebagai penyebab utama kebutaan pada orang dewasa sehingga tidaklah mengherankan bila setiap tanggal 14 Nopember ditetapkan sebagai Hari Diabetes Sedunia karena diabetes telah menjadi salah satu ancaman masyarakat umum. IDF Diabetes Atlas 5 th edition update for 2012 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang terbanyak penghasil diabetes. Indonesia berada pada urutan ke-7 setelah Cina, India, Amerika, Brazil, Rusia dan Mexico.

Tingkat pengetahuan masyarakat yang sangat minim tentang diabetes menyebabkan sebagian besar kasus terlambat ditangani. Penderita datang memeriksakan dirinya ketika sudah mengalami komplikasi seperti gangguan penglihatan (kebutaan), gangguan pada ginjal berupa gagal ginjal, gangguan pada jantung dan pembuluh darah otak dan impotensi serta gangguan pada saraf.

Orang dengan diabetes cenderung mudah terkena infeksi karena sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik. Tak heran bila diabetes ini disebut sebagai silent killer karena penyakit ini tidak langsung menyebabkan kematian tetapi komplikasi yang ditimbulkan dapat menurunkan kualitas hidup hingga berakhir dengan kematian.

Perlu menjadi perhatian bagi tenaga medis dan diabetesi bahwa penanganan diabetes tidak hanya meliputi pengendalian gula darah namun yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian komplikasi. Terkadang seorang tenaga medis lupa untuk mendeteksi komplikasi yang timbul dan hanya sibuk mengurus kadar gulanya saja.Deteksi dini terhadap komplikasi merupakan unsur penting sebelum timbulnya kebutaan seperti contoh kasus di atas.

Banyak penyandang diabetes tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang sering disebut penyakit gula atau kencing manis ini. Gejala-gejala peningkatan gula darah yaitu sering lapar, haus dan buang air kecil serta penurunan berat badan. Namun gejala-gejala ini menjadi tak khas pada penderita lanjut usia.

Penyandang diabetes mellitus dapat hidup seperti mereka yang tidak mengidap diabetes asalkan mereka mampu mengendalikan kadar gula darah mendekati normal dan mampu mengenali secara dini komplikasi yang timbul. Tujuan pengelolaan diabetes mellitus meliputi tujuan jangka pendek (hilangnya keluhan dan gejala/tanda diabetes, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian kadar gula darah), sedangkan tujuan jangka panjang (mencegah atau menghambat berkembangnya komplikasi). Untuk mencapai tujuan jangka panjang, tidak cukup dengan pengendalian kadar gula darah saja tetapi diperlukan juga pengendalian tekanan darah, berat badan dan profil lipid.

Sampai kapan pengobatan pada diabetes dihentikan? Diabetes adalah penyakit sepanjang hayat, semua diabetesi harus menyadari hal ini dan mereka harus menjalani hidup dengan bantuan petunjuk dokter secara berkesinambungan. Tak jarang seorang diabetesi merasa puas dengan pengobatan yang mereka gunakan, walaupun belum mencapai kendali glikemik yang diharapkan. Bila kendali glikemik belum tercapaiyakni kadar gula darah puasa 90-130 mg/dl dan kadar gula 2 jam sesudah makan antara 140-180 mg/dl serta hemoglobin glikosilasi (HbA1C) 6,5-7%maka seorang diabetesi sebaiknya tidak merasa puas dan melaporkannya kepada dokter agar dosis insulin atau OHO dapat disesuaikan.

Pemantauan glukosa darah mandiri (Ambulatory Blood Glucose Monitoring) dianjurkan bagi diabetesi dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi insulin seperti contoh kasus di atas. Waktu pemeriksaan tergantung pada terapi, dapat dilakukan sebelum makan, 2 jam setelah makan (menilai ekskursi maksimal glukosa), menjelang tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia) dan diantara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia pada malam hari yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala seperi penurunan gula darah seperti banyak berkeringat, gemetar, rasa lapar, jantung berdebar, pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma. Diabetesi dengan kontrol tidak stabil dilakukan tes setiap hari sampai target tercapai sedangkan pada diabetesi dengan kontrol stabil tes dilakukan 1-2 kali seminggu.

Untuk menilai pengendalian diabetes, memantau hasil pengobatan serta mendeteksi risiko komplikasi maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi glukosa puasa, glukosa 2 jam sesudah makan, HbA1C dalam 3 bulan terakhir, albumin urin kuantitatif, urin rutin, kreatinin, kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, tekanan darah dan indeks massa tubuh. Pemantauan ini dilakukan secara berkala sesuai petunjuk dokter.

Setiap diabetes sebaiknya mendapat terapi gizi medis dengan prinsip makanan yang seimbang dan sesuai kebutuhan kalori masing-masing individu. Perlu ditekankan tentang pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal, jenis dan jumlah makanan. Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30-45 menit , selain aktivitas sehari-hari seperti berkebun, berjalan kaki ke pasar, naik turun tangga sewaktu di kantor tanpa menggunakan lift, sangat dianjurkan pada diabetesi. Usahakan dalam berolahraga dapat mencapai 75-85% denyut nadi maksimal (220 dikurangi umur) saat berolahraga.Hindari kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.

Bila kedua langkah di atas telah ditempuh dalam mengendalikan kadar gula darah, namun gula darah masih tetap tinggi maka diperlukan obat hipoglikemik oral. Setiap jenis obat mempunyai kekhususan untuk setiap individu. Oleh karena itu sebaiknya berhati-hati untuk menggunakan obat orang lain (teman atau keluarga) yang menderita diabetes untuk diri sendiri.

Hindari penggunaan obat dari jenis dan golongan yang sama dalam hal kombinasi obat seperi kasus di atas dan kadang diperlukan penggunaan insulin bila timbul kegagalan dengan kombinasi OHO dengan dosis hampir maksimal. Selain itu insulin diperlukan dalam ketika terjadi penurunan berat badan yang cepat, stress berat (infeksi, operasi besar, stroke), gangguan fungsi ginjal atau gangguan hati yang berat, peninggian kadar gula darah yang akut dan mengancam nyawa.

“Anda adalah tuan rumah bagi diabetes anda”. Tuan rumah yang baik akan selalu mengendalikan kadar gula darahnya agar tidak menimbulkan komplikasi. “The more people know about diabetes, the better they will be able to fight it. Information and education at all levels can therefore help to promote both early detection and proper care”