Lapar Secara Medis dan Psikologis

Post oleh : kang ombar | Rilis : 3:15 PM | Series :
LAPAR, sinyal seseorang ingin makan. Namun, apakah lapar itu harus makan atau lapar yang seharusnya tidak makan. Banyak orang makan karena lapar akan tetapi perutnya sesungguhnya tidak lapar. Banyak orang yang kurang mengetahui cara membedakan lapar yang sesungguhnya harus makan dan lapar yang sesungguhnya tidak perlu makan atau lapar fisik (medis) dan hasrat lapar (psikologis).

Lapar fisik adalah ketika tubuh harus menggantikan energi yang hilang. Sedangkan hasrat lapar adalah ketika kebutuhan psikologis datang yakni keinginan makan. Jadi lapar fisik adalah kebutuhan makan sedangkan hasrat lapar atau lapar psikologis adalah keinginan makan.

Perbedaan lapar secara fisik dan hasrat lapar sangat sulit dibedakan yakni lapar fisik seseorang itu merasakan perutnya lapar dan tidak bertenaga. Bila kita (Anda) menunda makan maka keinginanan untuk makan tidak akan hilang dan sebaliknya akan semakin besar rasa lapar dan tidak ada cara lain untuk menghilangkan rasa lapar itu, selain makan.
Lapar Secara Medis dan Psikologis
Sedangkan hasrat lapar atau lapar psikologis yakni kita (Anda) tidak merasa lapar akan tetapi ingin makan. Namun, keinginan makan itu akan menghilang jika kita (Anda) mau menunda untuk memenuhi keinginan makan. Bila kita (Anda) melakukan penundaan untuk makan atau mengalihkan keinginan untuk makan maka hasrat lapar akan hilang.

Dalam hal ini sangat penting untuk menentukan keinginan makan karena benar-benar lapar secara fisik atau lapar hanya secara psikologis sebab ketika perut tidak benar-benar lapar secara fisik akan dapat menimbulkan berbagai efek buruk bagi kesehatan, minimal terjadi kegemukan.

Beberapa efek buruk bagi kesehatan jika tidak benar-benar lapar secara fisik seperti obesitas (kegemukan), penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke dan penyakit lainnya. Kondisi ini semakin bermasalah ketika secara mendasar tidak diketahui bagaimana cara membedakan lapar secara fisik dan lapar secara psikologis karena sangat sulit membedakannya secara umum.

Membedakan lapar secara fisik dan lapar secara psikologis tidak bisa secara umum akan tetapi harus lebih khusus yakni mengetahui secara baik dan benar perasaan atau mengetahui dari mana sinyal yang muncul menyatakan rasa lapar itu.

Hal yang harus dicermati secara khusus adalah dari mana asal sinyal lapar itu, apakah sinyal lapar itu datangnya dari perut, atau sinyal lapar itu datang dari aroma makanan, datang dari ketika melihat makanan favorit, sinyal itu datang karena adanya makanan yang tersedia di meja makan atau juga sinyal lapar itu datang dari kondisi stres seseorang sehingga muncul keinginan mau makan.

Lapar secara fisik ketika perut benar-benar membutuhkan makanan dan tubuh kekurangan energi. Sinyal ini secara khusus datang dari perut berupa rasa kram, rasa sakit atau perasaan hampa, di samping itu ada sinyal dari otak berupa pandangan kabur, konsentrasi menurun, sakit kepala atau juga kelelahan.

Sangat Sulit Membedakan Rasa Lapar

Dari zaman dahulu sampai hari ini manusia sangat sulit membedakan rasa lapar yang ada pada dirinya karena rasa lapar tidak dapat dijelaskan hanya secara biologis saja, ada juga bagian psikologis sehingga secara kognitif atau pengetahuan yang tidak sederhana tentang lapar.

Sesungguhnya pengetahuan tentang lapar dan kenyang tidak mudah. Rasa lapar dan kenyang bukan saja masalah lambung (gastrointestinal), akan tetapi juga otak sangat berfungsi dalam mengatur lapar dan kenyang. Dalam otak ada nukleus-nukleus ventromedial yang memberi tanda kapan berhenti makan, juga ada hypothalamus lateral yang memberi tanda kapan mulai makan.

Rasa lapar juga ditentukan oleh seberapa banyak porsi makanan yang harus dimakan, sehingga secara biologis tubuh akan berusaha mencari konpensasi asupan makanan untuk memenuhi batas biologis itu. Dalam hal ini sangat berperan penting antara tubuh dan pikiran manusia.

Tegasnya, rasa lapar dan rasa kenyang sangat ditentukan secara biologis, fisiologis, aspek psikologis yang juga mempengaruhi fisiologis dan psikologis sehingga tubuh dan pikiran merasa kenyang atau merasa lapar serta adanya nafsu makan yang membangkitkan sensasi rasa lapar sehingga menyebabkan kita (Anda) akhirnya makan dan juga akhirnya menyebabkan kita (Anda) berhenti makan atau sudah merasa kenyang.

Harus diakui untuk menentukan lapar dan kenyang tidak mudah, akan tetapi semua orang bisa mengetahui dan merasakannya jika memang selalu melatih kepekaan diri terhadap asal datangnya sinyal rasa lapar itu. Hal ini karena pintu terjadinya proses makan datang dari sinyal rasa lapar, akan tetapi sinyal yang mana yang harus makan dan sinyal yang mana yang tidak perlu makan meskipun sama-sama merasa lapar.

Lapar secara fisik harus makan agar kolesistokinin memberikan sinyal rasa kenyang. Kolesistokinin (CCK), salah satu dari hormon dalam GI tract yang dihasilkan oleh mukosa duodenal selama proses pencernaan makanan, adalah sinyal rasa kenyang yang mengatur jumlah makanan yang masuk. 

CCK dihasilkan sebagai respon atas adanya nutrient dalam usus halus. Melalui berbagai macam pengaruh, CCK memfasilitasi pencernaan dan penyerapan nutrient ini. CCK juga berkontribusi untuk menimbulkan rasa kenyang setelah makanan dikonsumsi tetapi sebelum makanan itu benar-benar dicerna dan diserap. 

Kondisi ini yang menyebabkan kita (Anda) sudah merasa kenyang saat makanan yang cukup melengkapi cadangan di dalam saluran pencernaan walaupun cadangan energi masih rendah. Hal ini menjelaskan mengapa kita (Anda) harus berhenti makan sebelum makanan yang dimakan itu dicerna untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh.

Beberapa faktor yang mempengaruhi atau mengontrol pemasukan makanan ke dalam tubuh yakni pertama Ukuran Simpanan Lemak (USL). Secara teori lipostatik, peningkatan USL pada jaringan adiposa akan memberikan sinyal kenyang sehingga mampu memberi sinyal ke otak untuk mengontrol pemasukan makanan ke dalam tubuh.

Secara fisik, gliserol dalam darah menjadi indikator yang menunjukkan jumlah total lemak trigliserida di dalam jaringan lemak. Hasilnya untuk menentukan rasa lapar dan rasa kenyang terletak pada presentase pengisian setiap sel lemak maka seseorang dengan jumlah sel lemak banyak akan tetap merasakan lapar dan pada tahap normal orang akan merasa kenyang.

Kedua pada tingkat pemakaian glukosa (Teori Glukostatik), menurut teori glukostatik, rasa kenyang ditimbulkan oleh peningkatan penggunaan glukosa yang diserap dari saluran pencernaan. Prosesnya setelah terjadi selesai penyerapan makanan maka terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang dapat membangkitkan rasa lapar itu.

Ketiga, adanya Intensitas Produksi Kekuatan Sel yang menurut teori iskimetrik untuk mengontrol pemasukan makanan ke dalam tubuh dalam waktu singkat. Misalnya glukosa yang berkaitan dengan besarnya produksi tenaga sel dalam tubuh.

Keempat, adanya tingkat sekresi kolesistokinin (CCK) pada hormon saluran pencernaan yang dikeluarkan dari mukosa duodenum selama proses makanan masuk ke dalam tubuh yang menyebabkan adanya rasa kenyang.

Lapar Secara Psikologis

Lapar secara psikologis sangat dipengaruhi oleh psikososial dan faktor-faktor involunter yang dapat timbul secara otomatis, adanya kebiasaan atau perilaku dari seseorang dalam mengkonsumsi makanan. Perilaku seseorang dalam mengkonsumsi makanan sangat mempengaruhi lapar secara psikologi. Begitu juga dengan perilaku sekelompok orang atau satu bangsa dalam mengkonsumsi makanan.

Faktor psikologi dan faktor sosial sangat mempengaruhi lapar secara psikologis seperti adanya faktor sosial satu bangsa yang mengkonsumsi makanan harus tiga kali dalam sehari dan ini cenderung bukan karena lapar secara fisik akan tetapi lebih cenderung kepada kebiasaan makan sehingga membentuk pola lapar secara psikologis.

Faktor-faktor kebiasaan sangat berperan penting menimbulkan lapar secara psikologis seperti adanya kebiasaan dari seseorang atau satu suku bangsa yang menilai belum merasa kenyang bila belum mengkonsumsi makanan berupa nasi. Begitu juga dengan faktor kebiasaan, sarapan pagi harus dengan nasi dan bila sarapan pagi bukan dengan nasi merasa belum kenyang.

Lapar secara psikologis juga ditimbulkan dari rasa nikmat suatu makanan dan makanan dengan rasa lezat, aroma menggugah menimbulkan nafsu atau selera makan yang lebih cenderung kepada lapar secara psikologis. Bila rasa lapar karena dipicu atau ditimbulkan dari aroma makanan yang menggugah selera ditunda untuk dimakan dalam beberapa waktu maka rasa lapar itu bisa menjadi hilang dan tubuh tetap merasa segar.

Untuk itu perlu diketahui secara khusus apakah rasa lapar itu adalah lapar secara fisik yang tidak bisa ditunda untuk tidak makan atau lapar itu adalah lapar secara psikologis sehingga rasa lapar itu bisa ditunda dan terbukti dalam beberapa waktu kemudian rasa lapar itu menghilang maka sesungguhnya belum perlu makan.

google+

linkedin