Advertisement

Responsive Advertisement

Gejala dan Penyebab Osteoporosis ( Tulang Rapuh)

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous artinya berlubang-lubang atau keropos. Osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering didapatkan pada manusia. Osteoporosis dapat dialami oleh wanita maupun pria. Angka kejadian osteoporosis meningkat dengan usia, dan terutama terjadi pada wanita pasca menopause. Satu dari tiga wanita dan satu dari dua belas pria diatas usia 50 tahun akan mengalami patah tulang akibat osteoporosis. 

Dengan meningkatnya angka individu dengan gaya hidup yang kurang beraktivitas, terutama anak-anak, dan meningkatnya populasi orang lanjut usia, jumlah wanita dan pria yang mengalami patah tulang akibat osteoporosis akan bertambah. Patah tulang akibat osteoporosis dapat terjadi pada tulang manapun. Pada wanita usia menopause sampai usia 70 tahun, kejadian patah tulang oleh karena osteoporosis sering terjadi pada tulang belakang dan pergelangan tangan, dan setelah usia 70 tahun patah tulang paha akan meningkat. Angka kejadian patah tulang paha meningkat secara dramatis pada usia 70 tahun, terjadi 300 kasus per 10.000 pada wanita usia 80 thun dan 500 kasus per 10.000 pada wanita usia 90 tahun. 
Gejala dan Penyebab Osteoporosis ( Tulang Rapuh)

Untuk mengetahui adanya osteoporosis dengan mengukur densitas mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD). Dianjurkan untuk memeriksa densitas mineral tulang pada:
  1. Wanita berusia 65 tahun atau lebih dan pria yang berusia 70 tahun atau lebih, dengan atau tanpa adanya faktor resiko
  2. Wanita yang mengalami menopause dan pria berusia 50-69 tahun, jika terdapat faktor resiko
  3. Wanita pada fase sebelum menopause dengan faktor resiko tinggi seperti berat badan rendah, riwayat trauma
  4. Pada individu berusia lebih dari 50 tahun yang pernah mengalami fraktur, untuk menentukan derajat keparahan penyakit
  5. Individu yang mengkonsumsi steroid, dengan massa tulang rendah atau kerusakan tulang
  6. Setiap individu yang mendapatkan pengobatan untuk osteoporosis untuk monitor hasil pengobatan 
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Biasa gejala timbul pada perempuan yang berusia antar 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. 

2. Osteoporosis senilis. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. 

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya steroid, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini. 

Gejala Osteoporosis

Osteoporosis awalnya tidak menimbulkan gejala, jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Biasanya didapatkan keluhan tinggi badan berkurang, bungkuk atau bentuk badan berubah, patah tulang, nyeri bila ada patah tulang. 

Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan osteoporosis di antaranya:
  1. Jenis kelamin. Wanita lebih beresiko terkena osteoporosis dibandingkan pria, hal ini disebabkan tulang yang lebih kecil sehingga massa tulang akan lebih rendah. 
  2. Usia. Semakin tua, resiko terkena osteoporosis semakin besar. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium serta densitas tulang yang menurun. 
  3. Faktor reproduksi. Wanita yang lebih cepat mengalami menopause cenderung memiliki resiko osteoporosis lebih tinggi. 
  4. Riwayat keluarga. Adanya keluarga yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka seseorang akan cenderung beresiko tinggi terkena osteoporosis. 
  5. Berat badan. Penurunan berat badan atau indeks massa tubuh yang rendah menjadi faktor resiko terjadinya osteoporosis. 
  6. Menopause. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. 
  7. Aktivitas fisik. Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor dan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. 
  8. Merokok. Perokok memiliki resiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan yang tidak merokok.
  9. Minum minuman beralkohol. 
  10. Diet. Faktor diet bisa menyebabkan osteoporosis disebabkan rendahnya masukan kalsium. 
Gizi pada Osteoporosis

Mencukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D harian merupakan cara teraman dan paling murah untuk mengurangi resiko patah tulang akibat osteoporosis. Disarankan kepada semua individu untuk mendapatkan masukan kalsium yang cukup setidaknya 1.200 mg per hari termasuk suplemen jika diperlukan. Tulang mengandung 99% kalsium tubuh, jika masukan kalsium dari luar tidak terpenuhi, jaringan tulang akan dihancurkan untuk mempertahankan kadar kalsium darah. 

Dianjurkan kepada wanita yang berusia lebih dari 50 tahun untuk mengkonsumsi setidaknya 1.200 mg kalsium setiap harinya. Kelebihan asupan kalsium 1.200 mg sampai 1.500 mg per harinya tidak memberikan manfaat malahan meningkatkan resiko mengalami batu ginjal ataupun penyakit kardiovaskuler. 

Individu yang mengalami gangguan fungsi ginjal harus menghindari asupan kalsium yang berlebihan (lebih dari 2.500 mg per hari). Makanan-makanan yang kaya akan kalsium yaitu susu, yogurt, keju dan jus atau makanan yang difortifikasi. Sayuran seperti bayam dan tahu juga mengandung kalsium. Asupan kalsium 1.000 mg dengan mudah didapatkan pada 600 ml susu (skim), 50 g keju, segelas yoghurt, atau 50 g ikan sardine. 

Vitamin D berperan utama dalam absorpsi kalsium, kesehatan tulang, kemampuan otot, keseimbangan. Sinar matahari terutama UV B membantu tubuh menghasilkan vitamin Dyang dibutuhkan untuk pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama 20-30 menit, 3x seminggu pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sebanyak 800-1000 IU vitamin D setiap hari pada individu yang berusia 50 tahun atau lebih. Makanan utama yang mengandung vitamin D yaitu dari susu yang terfortifikasi vitamin D (mengandung 400 IU) dan sereal (40-50 IU per sajian), putih telur, ikan air laut, dan hati. Beberapa suplemen kalsium dan kebanyakan tablet multivitamin juga mengandung vitamin D. 

Fluoride meningkatkan kekompakan massa tulang. Efeknya pada insiden fraktur masih kontroversi, mungkin tidak saling berhubungan. Pada penelitian didapatkan bahwa masukan 75 mg sodium fluoride per hari, akan ditemukan peningkatan massa tulang pada tulang belakang. 

Selain faktor gizi yang bagus, beberapa hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis yaitu melakukan olahraga dengan beban, hindari merokok serta minum minuman.

Sumber : http://www.analisadaily.com