Advertisement

Responsive Advertisement

Hidung Sumbat Polip Hidung (Polip Nasi)

Salah satu gejala yang paling sering dikeluhkan pasien pada bagian hidung adalah sumbatan hidung. Ini adalah gejala bukan diagnosis, banyak faktor dan kondisi anatomi yang dapat menyebabkan sumbatan hidung. Polip merupakan salah satu dari penyebab rasa hidung tersumbat. Polip hidung masih merupakan masalah yang serius di samping sebagai masalah medis. Polip juga memberikan masalah sosial karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya seperti di sekolah, di tempat kerja, dan aktifitas harian. 

Polip hidung adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu-abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). 

Polip hidung terjadi pada semua ras dan kelas ekonomi. Prevalensi polip pada populasi bervariasi antara 0,2%-4,3%. Polip dapat mengenai semua ras dan frekuensinya meningkat sesuai usia. Polip biasanya terjadi pada rentang usia 30 tahun sampai 60 tahun Walaupun ratio pria dan wanita pada dewasa 2-4: 1, ratio pada anak-anak tidak dilaporkan.
Hidung Sumbat Polip Hidung (Polip Nasi)

Etiologi
Polip hidung terjadi akibat reaksi hipersenstif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Infeksi masih diragukan dalam pembentukan polip, tetapi infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan atau inflamasi kronik lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak-anak. Pada anak-anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.

Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :

1. Alergi terutama rinitis alergi, asma
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka
5. Penyebab lainnya diduga karena adanya intoleransi aspirin, perubahan polisakarida dan ketidakseimbangan vasomotor

Gejala klinis
Gejala utama yang paling sering dirasakan adalah sumbatan di hidung yang menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan penciuman). 

Gejala lainnya dapat timbul jika terdapat kelainan di organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala. Polip juga apat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip dengan asma.

Penatalaksanaan
Polip sangat mengganggu pada kebanyakan pasien. Penyakit ini sering berulang dan memerlukan pengobatan yang lama sampai bertahun-tahun. Dengan demikian pengobatannya bertujuan untuk mengurangi besarnya atau menghilangkan polip agar aliran udara hidung menjadi lapang dan penderita dapat bernafas dengan baik.

Prinsip pengelolaan polip adalah dengan operatif dan non operatif. Pengelolaan polip hidung seharusnya berdasarkan faktor penyebabnya, tetapi sayangnya penyebab polip hidung belum diketahui secara pasti. Karena penyebab yang mendasari terjadinya polip hidung adalah reaksi alergi, pengelolaanya adalah mengatasi reaksi alergi yang terjadi. Polip yang masih kecil dapat diobati dengan konservatif. 

Cara konservatif atau menggunakan obat- obatan yaitu menggunakan glukokortikoid yang merupakan satu-satunya kortikosteroid yang efektif, terbagi atas kortikosteroid topikal dan kortikosteroid sistemik. Kortikosteroid topikal (long term topical treatment) diberikan dalam bentuk tetes atau semprot hidung tidak lebih dari 2 minggu. 

Kortikosteroid sistemik (short term systemic treatment) dapat diberikan secara oral maupun suntikan. Pada penderita dapat diberikan antihistamin oral untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi. Bila telah terjadi infeksi maka dapat diberikan antibiotik. 

Terapi operasi dilakukan pada kasus polip yang berulang atau polip yang sangat besar, sehingga tidak dapat diobati dengan terpi konservatif. Tindakan operasi yang dapat dilakukan meliputi polipektomi intranasal, ethmoidektomi intranasal, ethmoidektomi ekstranasal, Caldwell-Luc (CWL) dan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF).

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan:

1. Hindari iritasi pada saluran pernafasan. Menghindari iritasi bisa dilakukan dengan menghindari faktor penyebab alergi dan iritasi seperti asap, debu, polutan, bulu binatang dan lain-lain.

2. Biasakan berpola hidup bersih, usahakan selalu mencuci tangan setelah keluar rumah/bepergian secara menyeluruh menggunakan cairan pembersih untuk membunuh kuman yang masih menempel di tangan yang sangat mungkin menimbulkan infeksi pada selaput lendir hidung.

3. Usahakan untuk melembabkan udara di rumah dengan pelembab ruangan jika udara di rumah anda kering. Hal ini bisa meningkatkan aliran lendir dari sinus sehingga membantu mencegah penyumbatan dan peradangan.

Sumber : http://www.analisadaily.com